Pasirtersebut diekstraksi menggunakan magnet permanen secara berulang dan menggunakan metode ekstraksi, yaitu dengan perendaman HCl 2M selama 12 jam dengan tujuan untuk Abu sekam padi umumnya mengandung silika SiO2 sebesar 86,90-97,30% dan sejumlah kecil alkali dan logam pengotor. Kandungan silika yang tinggi pada abu sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif sumber silika yang potensial dalam sintesis natrium silikat. Natrium silikat murni disintesis melalui dua tahap, yaitu isolasi silika dari sekam padi dan sintesis natrium silikat. Isolasi silika terdiri atas proses pengarangan, pengabuan arang sekam pada suhu 600°C, selama 2 jam dan pemurnian silika dengan HCl 3%. Natrium silikat disintesis dengan cara destruksi dengan NaOH yang diikuti dengan peleburan. Natrium silikat yang diperoleh akan dikarakterisasi dengan teknik FTIR untuk analisis gugus fungsional dan EDS untuk analisis komposisi serta kadar unsur yang terkandung dalam sampel. Analisa FTIR sampel natrium silikat membuktikan terjadinya pembentukan SiO2. Pola serapan silika yang muncul umumnya adalah gugus silanol ≡Si-OH dan siloksan ≡Si-O-Si≡. Pita serapan di 2800-3750 cm-1 menunjukkan gugus –OH silanol dan H2O yang diserap. Bilangan gelombang 682,8 cm-1 menunjukkan ikatan Si-O-Si dan vibrasi ulur Si-O pada silanol ≡Si-OH pada bilangan gelombang 972,12 cm-1. Hasil EDS menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam natrium silikat sintetis, yaitu oksigen 71,89%, natrium 22,63%, dan silikon 5,39%. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN 2085-1227 Volume 7, Nomor 2, Juni 2015 Hal. 66-75 Sintesis Dan Karakterisasi Natrium Silikat Na2SiO3 Dari Sekam Padi 1Linda Trivana; 2Sri Sugiarti; 2Eti Rohaeti 1Balai Penelitian Tanaman Palma, Jl. Raya Mapanget 1004 Manado 2Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga, Bogor Email lindatrivana Abstrak Abu sekam padi umumnya mengandung silika SiO2 sebesar 86,90-97,30% dan sejumlah kecil alkali dan logam pengotor. Kandungan silika yang tinggi pada abu sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif sumber silika yang potensial dalam sintesis natrium silikat. Natrium silikat murni disintesis melalui dua tahap, yaitu isolasi silika dari sekam padi dan sintesis natrium silikat. Isolasi silika terdiri atas proses pengarangan, pengabuan arang sekam pada suhu 600°C, selama 2 jam dan pemurnian silika dengan HCl 3%. Natrium silikat disintesis dengan cara destruksi dengan NaOH yang diikuti dengan peleburan. Natrium silikat yang diperoleh akan dikarakterisasi dengan teknik FTIR untuk analisis gugus fungsional dan EDS untuk analisis komposisi serta kadar unsur yang terkandung dalam sampel. Analisa FTIR sampel natrium silikat membuktikan terjadinya pembentukan SiO2. Pola serapan silika yang muncul umumnya adalah gugus silanol ≡Si-OH dan siloksan ≡Si-O-Si≡. Pita serapan di 2800-3750 cm-1 menunjukkan gugus –OH silanol dan H2O yang diserap. Bilangan gelombang 682,8 cm-1 menunjukkan ikatan Si-O-Si dan vibrasi ulur Si-O pada silanol ≡Si-OH pada bilangan gelombang 972,12 cm-1. Hasil EDS menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam natrium silikat sintetis, yaitu oksigen 71,89%, natrium 22,63%, dan silikon 5,39%. Kata Kunci sekam padi, silikat, natrium silika, FTIR, EDX 1. PENDAHULUAN Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris termasuk Indonesia. Penggilingan padi menghasilkan 72% beras, 5-8% dedak, dan 20-22% sekam Warsito dkk, 2006. Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan Umah, 2010. Sekam padi terdiri atas 34-44% selulosa, 23-30% lignin, 13-39% abu, dan 8-15% air. Abu sekam padi umumnya mengandung silika SiO2 sebesar 86,90-97,30% dan sejumlah kecil alkali dan logam pengotor. Komponen kimia yang terdapat pada abu sekam padi antara lain K2O 0,58-2,50%; Na2O 0,00-1,75%; CaO 0,20-1,50%; MgO 0,12-1,96%; Cl ~0,42%; Fe2O3 ~0,54%; SO3 0,1-1,13%; P2O5 0,2-2,85%; dan SiO2 86,90-97,30% Umah, 2010. Silika atau silikon dioksida SiO2 merupakan senyawa yang banyak ditemukan dalam bahan galian yang disebut pasir kuarsa. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya Aina, 2007. Pasir kuarsa memiliki kristalinitas yang tinggi dan banyak Volume 7 Nomor 2 Juni 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan mengandung pengotor sehingga mengurangi kemampuannya sebagai adsorben Muljiyanti dkk, 2010. Sintesis silika dari sekam padi dilakukan untuk memperbaiki sifat dan mensubstitusi silika yang berasal dari alam. Sekam padi dimanfaatkan sebagai sumber silika karena kandungan silika yang tinggi 86,90-97,30%, murah, ketersediaannya melimpah, dan tidak beracun. Silika yang berasal dari sekam padi bersifat amorf sehingga untuk peleburan abu sekam padi tidak memerlukan waktu yang lama dan temperatur yang tinggi Sriyanti dkk, 2005. Silika dari sekam padi dapat dimanfaatkan menjadi sumber silika dalam pembuatan berbagai material berbahan dasar silika, seperti natrium silikat. Natrium silikat banyak digunakan di industri, terutama untuk bahan pembuatan sabun dan detergen, bahan perekat, bahan baku pembuatan beton dan semen, serta sebagai adsorben. Oleh karena berbagai manfaat tersebut, maka pada penelitian ini dibuat sintesis natrium silikat dari sekam padi sebagai sumber silika melalui proses peleburan dengan NaOH. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis natrium silikat dari sekam padi dan mengkarakterisasinya dengan FTIR untuk penentuan gugus fungsi dan EDS untuk analisis komposisi serta kadar unsur yang terkandung dalam sampel Muljiyanti, 2010. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2012 di Laboratorium Anorganik Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bahan-bahan yang digunakan ialah sekam padi dari Cilubang Tonggoh, Desa Situ Gede, Bogor Barat; akuades, pellet NaOH; HCl; dan kertas pH. Alat yang digunakan adalah FTIR, SEM-EDS BRUKER, neraca analitik, tanur, vaccum filtration, Hot plate, cawan porselin, tungku pengarangan sekam padi, dan peralatan kaca. Isolasi Silika dari Sekam Padi Hikmawati, 2010 Sampel sekam padi dicuci kemudian dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah sekam padi kering, proses pengarangan dilakukan hingga terbentuk arang sekam. Arang sekam kemudian diabukan dalam cawan porselin pada suhu tanur 600ºC selama 2 jam. Abu sekam padi yang diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan HCl 3% 10 ml HCl 3% untuk 1 g abu sekam. Campuran tersebut dipanaskan sambil diaduk selama 2 jam. Setelah itu, sampel difiltrasi dan dicuci dengan akuades panas sampai pH netral diuji dengan kertas pH. Hasil penyaringan dikeringkan pada suhu 105ºC selama 4 jam hingga diperoleh silika putih. Linda T, Sri Sugiarti, Eti Rohaeti Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Sintesis Natrium Silikat Na2SiO3 Muljiyanti 2010 Silika hasil isolasi dihaluskan dan ditimbang sebanyak 10 g. Silika yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan NaOH 4 M sebanyak 82,5 ml stokiometri. Campuran tersebut dididihkan sambil terus diaduk hingga agak kering. Setelah itu, campuran dipindahkan ke dalam cawan porselin untuk dilakukan peleburan pada suhu 500ºC selama 30 menit. Natrium silikat yang diperoleh kemudian didinginkan pada suhu ruang. Natrium silikat yang diperoleh berbentuk padatan berwarna putih kehijauan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekam padi yang digunakan berasal dari Cilubang Tonggoh, Desa Situ Gede, Bogor Barat. Natrium silikat disintesis melalui dua tahap, yaitu isolasi silika dari sekam padi dan destruksi dengan NaOH yang diikuti dengan peleburan. Isolasi silika dilakukan dengan pengarangan sekam padi dalam tungku pengarangan, pengabuan pada suhu 600°C selama 2 jam, dan pencucian dengan HCl. Proses pengarangan dimaksudkan agar pada pengabuan sekam tidak membutuhkan waktu yang lama. Suhu dan lamanya proses pengabuan mempengaruhi kristalinitas silika Umah, 2010. Pencucian dengan HCl bertujuan untuk melarutkan oksida lain selain SiO2 berupa oksida-oksida logam seperti MgO, K2O, dan Ca2O Kalapathy dkk, 2000. Penggunaan HCl dalam proses pemurnian dikarenakan sifat kimia SiO2 tidak larut/ reaktif terhadap semua asam kecuali HF, sehingga tidak mengurangi rendemen SiO2 yang terbentuk. Silika murni kemudian dilarutkan dalam NaOH dan dilakukan peleburan 500°C. Peleburan pada suhu 500°C didasarkan pertimbangan titik leleh NaOH, yaitu 318°C sehingga pada suhu tersebut NaOH terdisosiasi sempurna membentuk ion Na+ dan OH-. Pemilihan NaOH ini dikarenakan NaOH memiliki titik leleh yang lebih rendah daripada Na2CO3 yaitu 851°C, sehingga memudahkan pembentukan natrium silikat pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Pelarutan yang diikuti dengan peleburan ini bertujuan agar pada proses perubahan abu sekam menjadi natrium silikat menjadi sempurna Muljiyanti, 2010. Natrium silikat yang diperoleh berwujud padatan berwarna putih kehijauan. Reaksi yang terjadi pada proses peleburan abu sekam adalah sebagai berikut SiO2 s + 2NaOHl Na2SiO3s + H2O Mekanisme reaksi yang diperkirakan pada pembentukan natrium silikat ditunjukkan pada Gambar 1. Volume 7 Nomor 2 Juni 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan OH- O H O H O=Si=O O=Si O- O=Si O- O 2+ O 2+ 2Na+ -O Si O- +2Na+ -O Si O- + H2O Gambar 1. Mekanisme reaksi pembentukan natrium silikat Alex, 2005 Peleburan pada suhu tinggi mengakibatkan NaOH meleleh dan terdisosiasi sempurna membentuk ion Na+ dan ion OH-. Elektronegativitas atom O yang tinggi pada SiO2 menyebabkan Si lebih elektropositif dan terbentuk intermediet [SiO2OH]- yang tidak stabil dan akan terjadi dehidrogenasi. Ion OH- yang kedua akan berikatan dengan hidrogen membentuk molekul air dan dua ion Na+ akan menyeimbangkan muatan negatif ion SiO32- sehingga terbentuk natrium silikat Muljiyanti, 2010. Natrium silikat yang diperoleh dianalisis menggunakan FTIR dan EDS. Hasil analisis natrium silikat dengan FTIR ditunjukkan pada Gambar 2 dan interpretasi pola serapan ditampilkan pada Tabel 1. Spektrum FTIR menunjukkan gugus fungsi dari sampel natrium silikat. Karakterisasi dengan FTIR dilakukan pada rentang bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Pola serapan silika yang muncul umumnya adalah gugus silanol ≡Si-OH dan siloksan ≡Si-O-Si≡. Pita serapan di bilangan gelombang 416,62 cm-1, 528,5 cm-1, 590,22 cm-1 menunjukkan vibrasi tekuk dari gugus siloksan ≡Si-O-Si≡. Ikatan Si-O-Si terdapat pada bilangan gelombang 682,8 cm-1. Vibrasi ulur simetris dari Si-O pada siloksan ≡Si-O-Si≡ berada pada bilangan gelombang 713,66 cm-1 dan 771,53 cm-1 Trisko dkk, 2013. Bilangan gelombang 898,83 cm-1 merupakan indikasi keberadaan gugus Si-O dari ikatan Si-O-Si. Bilangan gelombang 972,12 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur Si-O pada silanol ≡Si-OH Witoon, 2008 dan 1022,27 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur asimetris Si-O dari siloksan ≡Si-O-Si≡ Adam dkk, 2006. Vibrasi tekuk Si-OH pada bilangan gelombang 1442,75 dan vibrasi tekuk -OH dari Si-OH terjadi di 1597,06 cm-1. Pita serapan pada bilangan gelombang 2036,87 cm-1 merupakan karakteristik dari ulur monohidrida H-Si-Si-H Abuhassan, 2010. Bilangan gelombang di 2318,44 cm-1, 2387,87 cm-1, dan 2468,88 cm-1 menunjukkan vibrasi tekuk Si-O Linda T, Sri Sugiarti, Eti Rohaeti Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan siloksan ≡Si-O-Si≡ Astuti dkk, 2012. Pita serapan di 2800-3750 cm-1 menunjukkan gugus –OH silanol dan H2O yang diserap Kalapathy, 2000. Tabel 1. Daerah puncak bilangan gelombang pada spektrum FTIR Natrium silikat Bilangan Gelombang cm-1 Vibrasi Tekuk dari gugus Siloksan ≡Si-O-Si≡ Vibrasi Tekuk dari gugus Siloksan ≡Si-O-Si≡ Vibrasi Tekuk dari gugus Siloksan ≡Si-O-Si≡ Vibrasi Ulur simetris dari Si-O pada siloksan ≡Si-O-Si≡ Vibrasi Ulur simetris dari Si-O pada siloksan ≡Si-O-Si≡ Gugus Si-O dari ikatan Si-O-Si Vibrasi Ulur Si-O pada Silanol ≡Si-OH Vibrasi Ulur Asimetris Si-O dari siloksan ≡Si-O-Si≡ Vibrasi Tekuk silanol ≡Si-OH Vibrasi Tekuk -OH dari silanol ≡Si-OH Vibrasi Tekuk Si-O Siloksan Vibrasi Tekuk Si-O Siloksan Vibrasi Tekuk Si-O Siloksan Gugus -OH silanol ≡Si-OH dan H2O Volume 7 Nomor 2 Juni 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Gambar 2. Spektrum FTIR sampel Na2SiO3 Hasil FTIR membuktikan bahwa terjadi pembentukan SiO2. Reaksi pembentukan SiO2 yang terjadi menurut Nuryono, dkk 2004 adalah sebagai berikut Senyawa C, H, dan Si + 3O2 CO2g + 2H2Og + SiO2s dan juga terjadi kondensasi gugus silanol ≡Si-OH seperti, 2≡Si-OH ≡Si-O-Si≡ + H2O Mekanisme reaksi kondensasi gugus silanol ≡Si-OH dijelaskan pada Gambar 3. Reaksi kondensasi melibatkan mekanisme reaksi substitusi nukleofilik SN2 dari atom O pada anion silikat terhadap atom silikon pada gugus silanol. Anion silikat akan menggantikan OH- pada Si-OH sehingga terbentuk siloksan Si-O-Si dan OH- yang lepas akan berikatan dengan H+ membentuk molekul air. Bilangan Gelombang cm-1 Linda T, Sri Sugiarti, Eti Rohaeti Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ≡ Si – O- + H+ ≡ Si – OH + -O – Si ≡ OH - H2O + ≡ Si – O – Si ≡ Si + H+ O – Si ≡ Gambar 3. Mekanisme reaksi kondensasi gugus silanol ≡Si-OH Mujiyanti DR, 2010 Natrium silikat hasil sintesis juga dianalisis dengan EDS untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Hasil EDS natrium silikat ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Hasil EDS sampel natrium silikat Na2SiO3 Hasil EDS menunjukkan unsur-unsur yang terdapat dalam natrium silikat sintetis, yaitu oksigen 71,89%, natrium 22,63%, dan silikon 5,39%. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan natrium Volume 7 Nomor 2 Juni 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan silikat yang disintesis telah menyerap H2O. Hal ini dibuktikan dengan adanya serapan H2O dan vibrasi tekuk gugus Si-OH di bilangan Gelombang 2985,81 cm-1 dan vibrasi tekuk –OH dari Si-OH terjadi di 1597,06 cm-1 pada spektrum FTIR. Hasil analisis kualitatif dengan EDS juga menunjukkan bahwa natrium silikat murni berhasil disintesis pada penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdeteksinya pengotor berupa atom C atau karbon dan logam-logam pengotor. Ini mengindikasikan bahwa pemurnian dengan HCl efektif untuk melarutkan komponen non silika seperti MgO, K2O, Ca2O. 4. KESIMPULAN Natrium silikat disintesis melalui dua tahap, yaitu isolasi silika dari sekam padi dan destruksi dengan NaOH yang diikuti dengan peleburan. Natrium silikat yang diperoleh berwujud padatan berwarna putih kehijauan. Natrium silikat dari sekam padi dikarakterisasi dengan FTIR untuk penentuan gugus fungsi dan EDS untuk analisis komposisi serta kadar unsur yang terkandung dalam sampel. Analisa FTIR sampel natrium silikat membuktikan terjadinya pembentukan SiO2. Pola serapan silika yang muncul umumnya adalah gugus silanol Si-OH dan siloksan Si-O-Si. Pita serapan di 2800-3750 cm-1 menunjukkan gugus –OH silanol dan H2O yang diserap. Bilangan gelombang 682,8 cm-1 menunjukkan ikatan Si-O-Si dan vibrasi ulur Si-O pada silanol Si-OH pada bilangan gelombang 972,12 cm-1. Hasil EDS menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam natrium silikat sintetis, adalah oksigen 71,89%, natrium 22,63%, dan silikon 5,39% dan natrium silikat tersebut tidak mengandung pengotor berupa atom C atau karbon dan logam-logam pengotor. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Steivie Karouw,STP, atas bimbingan yang diberikan dalam penulisan karya ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Abuhassan, 2010. Enhancement of the production yield of fluorescent silicon nanostructures using silicon-based salts. Sains Malaysiana. 39. 5. hlm 837-844. Adam, F., Kandasamy, K., Batakrishnam, S 2006. Iron incorporated heterogeneous catalyst from rice husk ash. Journal of Colloid and Interface Science. 304. hlm 137-143. Aina, H., Nuryono, Tahir, I 2007. Sintesis aditif β-Ca2SiO4 dari abu sekam padi dengan variasi temperatur pengabuan. skripsi. Universitas Gadjah Mada. Linda T, Sri Sugiarti, Eti Rohaeti Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Astuti, Nurmasari, R., Mujiyanti, 2012. Imobilisasi 1,8-dihidroxyanthraquinon paada silika gel melalui proses sol-gel. Jurnal Sains dan Terapan Kimia. 6. 1. hlm 25-34. Gaber, A., Magda, M., Anwar, K 2009. Wastewater reuse in liquid sodium silicate manufacturing in Alexandria, Egypt. J. Egypt Public Health Assoc. 84. 1 dan 2. hlm 34-49. Halasz, I 2010. What Can Vibrational Spectroscopy Tell About The Structure Of Dissolved Sodium Sillicate. Microporous and Mesoporous Materials. 135. hlm 74-81. Hikmawati 2010. Produksi bahan semikonduktor silikon dari silika limbah arang sekam padi sebagai alternatif sumber silikon. tesis. Institut Pertanian Bogor. Istiyati dan Asmi, D 2013. Fabrikasi dan karakterisasi keramik kalsium silikat dari komposisi cangkang telur dan silika komersial dengan reaksi padatan pada suhu 1300°C. Jurnal Terori dan Aplikasi Fisika. 1. 1. hlm 37-42 Kalapathy, U., Proctor, A., Shults, J 2000. A simple method for production of pure silica from rice hull ash. Bioresource Technology. 73. hlm 257-262. Mujiyanti, Nuryono, Kunarti, 2010. Sintesis dan karakterisasi silika gel dari abu sekam padi yang dimobilisasi dengan 3-trimetoksisilil-1-propantiol. J. Sains dan Terapan Kimia. 4. 2. hlm 150-167. Nuryono, dkk 2004. Effect of NaOH concentration on destruction of rice husk ash with wet technique. Proceeding Seminar Nasional Hasil Penelitian MIPA 2004. Semarang FMIPA. Universitas Diponogoro. Rahmayanti, 2007. Optimasi pH dan waktu kontak biosorpsi zat warna Remazol Yellow oleh biomassa Rhyzopus oryzae aktif dan terimmobilisasi. Skripsi. Universitas Sebelas maret. Sjahrul, M., Hasmiah., Zakir, M., Maming 2013. Use of sodium silicate from rice husk ash basic materials for coating electrolytes in the synthesis of magnetite nanoparticles. Research Journal of Science & IT Management. 3. 2. hlm 46-56 Silverstein, Bassler, dan Morril, 1991. Spectrometric Indentification of Organic Coumpound, 5th ed. New York John Wiley & Sons, Inc. Sivasubramanian, S., Kurcharlapati, S 2015. Synthesis and characterization of silica nano particles from coconut shell. International Journal of Pharma and Bio Science. 6. 1. hlm 530-536. Sofyan, Alauhdin, M., Susatyo, 2013. Sintesis dan karakterisasi bahan keramik cordierite dari abu sekam padi. Indo. J. Chem. Sci. 2. 2. hlm 96-101. Sriyanti, Taslimah, Nuryono, dan Narsito 2005. Sintesis bahan hibrida amino-silika dari abu sekam padi melalui proses sol-gel. Artikel JKSA 8. 1. Volume 7 Nomor 2 Juni 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Sulastri, S dan Kristianingrum, S. Berbagai macam senyawa silika sintesis, karakterisasi, dan pemanfaatan 2010. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. 15 Mei 2010. hlm 211-216. Trisko, N., Hastiawan, I.,Eddy, 2013. Penentuan kadar silika dari paasir limbah pertambangan dan pemanfaatan pasir limbah sebagai bahan pengisi bata beton. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi Nuklir. PTNBR-BATAN Bandung. 4 Juli 2013. hlm 190-196. Umah, S 2010. Kajian penambahan abu sekam padi dari berbagai suhu pengabuan terhadap plastisitas kaolin. skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Warsito, Sri., Sriatun, dan Taslimah 2006. Pengaruh penambahan surfaktan cetyltrimethylammonium bromide n-CTMABr pada sintesis zeolit Y. skripsi. Universitas Diponegoro. Witoon, T., Chareonpanich, M., Limtrakul, J 2008. Synthesis of bimodal porous silica from rice husk ash via sol-gel process using chitosan as template. Mater. Lett. 62. hlm 1476-1479. ... The rice husk is the outermost layer of the rice grain, which has a high carbon and ash content and is resistant to weathering. Rice husk is composed of cellulose 34-44%, lignin 20-30%, ash 13-39%, and water 8-15% Trivana et al., 2015. Rice husk ash also contains silica, small amounts of alkali, and metal impurities. ...... Additionally, the quality of the generated silica affects its applicability. Trivana et al. 2015 synthesized sodium silicate from rice husk. Based on EDS, the sodium silicate did not contain impurities in the form of C atoms and metal impurities. ...... [15]. Rohaeti et al. [35] also stated that the impact of adding rice husk ash used as organic material can suppress weed growth, improve soil properties and help binding N, P and K elements in the soil so that they are not easy to be leached especially N in the ... I. G. M. KusnartaF A MawaddahI Putu SilawibawaI B K MahardikaEffect of additive intercropping with peanuts and long-term application of organic wastes on the development of arbuscular mycorrhizal and red rice growth under aerobic irrigation systems on raised beds has been studied through a field experiment conducted at Beleke Village, West Lombok, Indonesia, from October 2020 to February 2021. The experiment was designed using Split Plot, with three blocks and two treatment factors intercropping with peanut T1= monocropped rice, T2= rice-peanut intercropping as main plots, and application of organic wastes L0= no waste, L1= rice husk, L2= rice husk ash, L3= rice husk ash + cattle manure as subplots. Data were analyzed with Analysis of Variance ANOVA and Tukey’s HSD at 5% levels of significance using CoStat for Windows ver. The results indicated that intercropping with peanuts significantly increased plant height, tiller number, and growth rate of plant height by 25, 26, and 50%, respectively. Both intercropping with peanuts and application of organic wastes such as rice husk ash significantly increased mycorrhizal spore number by 190 and 21%, respectively. Intercropping red rice with peanuts together with the application of rice husk ash resulted in the highest growth rates of tiller number tillers/day and leaf number leaves/day of red rice.... Sekam padi yang diabukan dapat menyerap ion PbII lebih banyak karena strukturnya yang amorph dikarenakan pemanasan dan penghilangan senyawasenyawa organik dalam sekam seperti selulosa dan lignin menjadi uap air, karbondioksida dan karbon. Dengan penghilangan senyawasenyawa tersebut, maka dalam struktur sekam padi menjadi kaya akan silika, dimana dalam silika terkandung gugus siloksan dan gugus silanol yang bertanggung jawab dalam penyerapan ion logam PbII [22]. ... Ani QomariyahIn this research, the effect of rice husk treatment, ie ashing to produce rice husk ash RHA, working with base BRH, and working with acid solution ARH on the adsorption capability of Pb II ions has been investigated. Adsorption was carried out by mixing 5 g of the adsorbent with 50 mL Pb II solution 100 ppm for 3 hours. The unadsorbed ions were analyzed by AAS Atomic Absorption Spectrophotometre. Result showed that RH, RHA, BRH, and ARH adsorbents, adsorbed Pb II ions with the amount of 86, 5%; 96, 0%; 93, 4%; and 33, 0% respectively. The highest adsorption of Pb II96, 0% occured for the adsorbent of RHA. In the ashing process, the amount of heat or energy might be released and applyed as fuel in various purposes such as cooking and bricks production. Rice husk has multiple uses, besides being a fuel, it can also be used as an effective adsorbent for Pb II ions. The study of Pb II adsorption kinetics showed that a contact time of 3 hours was an effective time for rice husk ash to adsorb Pb II ions. The adsorption of Pb II metal by rice husk ash tends to follow a pseudo 2 nd-order reaction kinetics is needed to improve the fertility of acid-sulfate soils. Humic material and Silica Si are soil-ameliorants that can reduce Al and Fe toxicity. This research aimed to study the effect of humic and silica-based ameliorants in improving soil properties under reduced flooded and oxidizing conditions. Acid-sulfate soil with a pyrite content of was taken from tidal land in Tamban Baru Tengah Village, Tamban Catur, Kapuas Regency, Central Kalimantan, Indonesia. Soil incubation research was conducted at the Balittra Laboratory from March to July 2020. the study used a factorial randomized block design. The first factor was the type of Si source material rice husk ash and biochar, and the second was the humic source water hyacinth compost and manufactured humic; each combination was repeated four times. Observations included soil pH, Eh, EC, available P, Fe, Al, and Sulfate. Combining humic materials from water hyacinth and Si from rice husk biochar decreased Fe concentration under reduced conditions. In oxidation conditions, it increased pH and decreased Al and Sulfate concentration. Using soil ameliorations with a combination of humic and Si effectively improves acid-sulfate soil properties. Dwi Rasy MujiyantiDahlena AriyaniNurul PaujiahTelah dilakukan kajian variasi konsentrasi NaOH dalam ekstraksi silika dari limbah sekam padi Banjar jenis “Pandak”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data ilmiah dari pengaruh variasi konsentrasi NaOH terhadap kemurnian silika serta hasil karakterisasi berdasarkan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR dan X-Ray Fluoresence XRF. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan sekam yang berasal dari Desa Kurau Kabupaten Tanah Laut dengan melewati proses pembakaran untuk menghasilkan abu sekam padi Pandak dan dilanjutkan proses ekstraksi dengan variasi konsentrasi NaOH 1,0 M; 1,5 M; 2,0M; 2,5M; 3,0M. Hasil pembakaran dari sekam padi Pandak diperoleh abu dengan rendemen sebesar 22,14% dengan hasil ekstraksi silika tertinggi pada konsentrasi NaOH 3,0M yaitu seberat 6,1377 gram dengan rendemen sebesar 61,3764%. Kemudian untuk hasil karakterisasi identifikasi gugus fungsi berdasarkan FTIR menunjukkan bahwa abu dan silika dari sekam padi Pandak memiliki gugus dominan yaitu gugus silanol Si-OH dan siloksan Si-O-Si, sedangkan untuk karakterisasi komposisi menggunakan XRF senyawa silika memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 48,600% yang diperoleh pada konsentrasi NaOH 2, kunci abu sekam padi Pandak, ekstraksi, HariyonoSumarlin SumarlinThe objectives of this study were to 1 know how much production costs, revenue and income from the rice husk processing business to be as fast as possible in Sumber Suko Village, Belitang OKU Timur District, 2 know how much added value is in processing rice husks as soon as possible in Sumber Village Suko, East OKU Belitang District, 3 how is the level of financial feasibility of rice husk processing business as soon as possible in Sumber Suko Village, Belitang OKU Timur District. The results showed that the total average income obtained from processing rice husks into liquid smoke in Sumber Suko Village in one production process was Rp. 166,111 / process. The average added value of the rice husk processing business into liquid smoke in Sumber Suko Village in one production process is Rp. 266,111 / process or Rp. 17,741 / liter. The business of processing rice husks into liquid smoke in Sumber Suko Village is financially feasible with an NPV value of IDR 50,852,125, an IRR of and a Net B / C of PutraRina ElviaHermansyah AmirPenelitian ini bertujuan untuk sistesis silika dari abu sekam padi Oryza sativa yang dimofikasi dengan kitosan dan hasilnya diaplikasikan untuk menurunkan kadar ion besi dalam air permukaan, terutama air sumur. Metode yang digunakan adalah metode alkali fusion dengan perbandingan abu dengan KOH sebesar 2080 % berat total. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi antara silika dan kitosan berhasil dilakukan serta kemampuan adsorpsi silika yang dimodifikasi lebih baik dibanding silika biasa. Uji FTIR menunjukkan telah terjadi modifikasi silika dengan kitosan pada rasio silika-kitosan 21 dan 22. Pada rasio silika-kitosan 21 adanya gugus NH pada bilangan gelombang 1559,61 cm-1,sedangkan pada rasio silika-kitosan 22 adanya gugus NH pada bilangan gelombang 1556,93 optimum adsorpsi logam Fe berada pada pH 5, waktu kontak optimum selama 50 menit dengan suhu adsorbat pada suhu 28°C, dan berat optimum pada rasio silika-kitosan 20 sebanyak 150 mg dan pada rasio silika-kitosan 21 sebanyak 200 mg. Adsorpsi logam Fe pada kondisi optimum pada rasio silika-kitosan 21 lebih tinggi dibanding rasio silika-kitosan 20. Pada sampel air sumur dengan kondisi optimum, Konsentrasi adsorpsi logam Fe pada rasio silika-kitosan 21 sebesar 0,742 ppm denganefisiensi adsorpsi 64,838% dan adsorpsi rasio silika-kitosan 20 sebesar 0,577 ppmdenganefisiensi adsorpsi 89,776%.p>The preparation of white mineral trioxide aggregate WMTA was carried out using a solid technique using silica SiO2 from rice husk ash RHA. The process included extraction of SiO2 from RHA, the effect of SiO2 composition on material characterization and material compressive strength. Silica was extracted from RHA using NaOH and washed with distilled water until it was sodium-free. WMTA was prepared by mixing extracted SiO2, Bi2O3 commercial CaO commercial and Al2O3 commercial and the mixture was heated at various temperatures 900, 1000, 1100 oC. MTA was made from two variation silica sources RHA and extracted silica, and each source varied at 15, 20, and 25% by weight, while the CaO content was adjusted. Characterization was carried out by FT-IR spectrophotometry, XRD and UTM for compressive strength measurement conducted after cementation for a day. The RHA extraction results were obtained from sodium-free SiO2. The peak showed the success of WMTA preparation at wave number 910 cm-1 in FTIR spectra, indicating the presence of C-S-H and C3S, C2S, and C3A bonds both before and after thermal treatment in XRD data. The highest compressive strength test after cementation for one day was given by WMTA using RHA, heating at 900 oC, and the percentage of CaO and SiO2 were 60% and 20%, tradisional semakin lama sudah tidak begitu menarik di kalangan konsumen di zaman ini. Kue lompong merupakan makanan khas asal daerah Kutoarjo. Kue lompong ini memiliki kekhasan yaitu pada kemaasan dan pewarna yang digunakan. Kue lompong dibungkus dengan daun pisang kering. Kue lompong memiliki warna hitam khas yang berasal dari abu sekam padi. Abu sekam padi bersifat karsinogenik atau dapat memicu kanker karena hasil dari pembakaran. Peneliti menginovasi pewarna yang digunakan yaitu ekstrak cincau hitam Mesona palustris BL.. Ekstrak cincau hitam ini berasal dari Tanaman Janggelan yang berpontensi mengandung senyawa antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas. Penambahan ekstrak cincau hitam ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk kue lompong yaitu dari segi kualitas kimia, fisik, total fenolik, aktivitas antioksidan, mikrobiologis dan orgnoleptik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak cincau hitam terhadap kualitas kue lompong dari kualitas fisik, kimia, mikrobiologis dan organoleptik produk serta mengetahi konsentrasi ekstrak yang tepat. Tahapan yang dilakukan yaitu pembuatan ekstrak cincau hitam, pembuatan kue lompong dengan penambahan ekstrak cincau hitam, uji proksimat, ujinfisik, kimia, antioksidan, mikrobiologisndannorganoleptik produk kue lompong. Penelitian ini menggunakan metode RancangannAcak Lengkap dengan variasi penambahan ekstrak cincau hitam yaitu 0% sebagai kontrol tanpa penambahan ekstrak, 30%, 60% dan 100%. Hasil penelitian terbaik pada konsentrasi 100% menunjukkan kue lompong memiliki kadar air 36,42%, kadar abu 0,30%, kadar lemak 3,93%, kadar protein 3,17%, kadar karbohidrat 57,30%, serat kasar 2,48%, serat larut 5,25%, kekerasan 302,00 g, kekenyalan 162,03 g, kue lompong memiliki warna cokelat kehitaman, total fenolik 1,34 mg GAE/g DW, antioksidan 61,00%, ALT 1,07 CFU/g, angka kapang 0 CFU/g. Kue lompong dengan penambahan ekstrak cincau hitam yang memiliki kualitas paling baik adalah penambahan ekstrak cincau dengan konsentrasi 100% yang dapat dilihat pada hasil uji organoleptik dengan parameter fisik, kimia, mikrobiologi, aktivitas antioksidan dan organoleptik. 11 and the dissociation into Na+ and silicate anions remains between 30% and 90% in the practically important concentration range. The published Qn connectivity assignments of νas Si–O–Si stretching vibrations ≳800cm−1 measured by FTIR spectroscopy were found not to be applicable for these silicates but the corresponding Raman assignments might be valid except that the spectrum of monomer metasilicate does not support the Q0 assignment of ∼870cm−1 Raman band. With the exception of dilute N-silicate which is the most frequently used zeolite synthesis ingredient, these Raman data suggest that all studied silicate structures must mainly be composed of Q2 type [SiO4] tetrahedra with a small number of terminal Q1 type units. The absence of Q3 connectivity contradicts many potential structures identified by Si29 NMR and also the possible presence of double 3, 4, 5, or 6 member ring structures which could serve as secondary building units for zeolite synthesis. Beside a universal O–Si–O related 420–450cm−1 band, only Raman shows substantial deformation vibrations atImobilisasi 1,8-dihidroxyanthraquinon paada silika gel melalui proses sol-gelM D AstutiR NurmasariD MujiyantiAstuti, Nurmasari, R., Mujiyanti, 2012. Imobilisasi 1,8-dihidroxyanthraquinon paada silika gel melalui proses sol-gel. Jurnal Sains dan Terapan Kimia. 6. 1. hlm 25-34.
a 0,001 ml asam sulfat dalam 1 lt b. 0,01 mol NaOH dalam 200ml c. 5,6 gram KOH dalam 100ml larutan d. O,1 M HNO3 3. Grafik perubahan pH pada titrasi 50ml 0,1 M HCL dengan NaOH 0,1M Larutan Penyangga mempunyai konsentrasi tertentu disebut kelarutan dinyatakan dalam mol per liter atau grtam per liter.
Aminaromatik tidak larut dalam air, dengan penambahan NaOH, maka akan membentuk garamnya yang larut dalam air (larutan sejati). 2O.CaO.6 SiO2 dengan penambahan (B2O3, Al2O3) agar koefisien muai kecil, mempunyai daya tahan terhadap perbedaan suhu dan resistensi terhadap zat kimia. Kelarutan dalam lemak dari bentuk yang tidak terionisasi
Konsentrasidapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya zat yang berada di dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada campuran tersebut. Biasanya konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun satuan berat seperti mol, ekuivalen dan massa rumus. Pada bahasan ini, kita akan
Kemudianmemasukkan 25 ml NaOH 1 M ke dalam kolom resin dan membuka kran sehingga NaOH keluar semua. Media penyaring berupa pasir yang mengandung kadar SiO2 90%. Ukuran efktif butiran 0,2-0,4 mm, keseragaman butiran 2-3 berat jenis pasir 2,55-2,65 gr/cm3. Kelarutan pasir dalam air selama 24 jam < 3 % beratnya. 4. Pengolahan pendahuluan
Bagianini merupakan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan siswa dalam mencapai kompetensi ini. 1. b.Bimbinglah siswa agar siswa tidak mendapat kesulitan dalam mempelajari unit ini. c. Bimbing siswa dalam melakukan praktek d. Berilah kesempatan bertanya pada siswa e. Berilah kesempatan bertanya pada siswa. f.
KIMIAXII SMA80 4) Kelarutan Molekul halogen bersifat nonpolar, maka mudah larut dalam pelarut nonpolar, seperti karbon tetra klorida (CCl4) atau kloroform (CHCl3). Reaksi antara gas klor dan larutan NaOH pada suhu kamar Cl2(g) + 2NaOH(aq)→ NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l) Bila reaksinya dipanaskan ±80oC akan terjadi reaksi sebagai berikut
SelElektrolisis Dalam sel ini energi listrik diubah menjadi energi kimia atau arus listrik menghasilkan reaksi redoks. Bila logam seng dimasukkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) terjadi reaksi sebagai berikut. Zn (s) + CuSO4 (aq) 􀁯 ZnSO4 (aq) + Cu (s) Adapun reaksi ionnya adalah sebagai berikut.
LarutanCH 3 COOH 8ml 0,1M direaksikan dengan 2ml NaOH 0,1M, tentukan pH larutan. Jawab : pH campuran 0,005M NH 4 OH dan 0,02M H 2 SO 4 dalam 900ml air adalah
Asamnitrat (HNO3) H + N + 3O = 0 1+N–6 =0 N = +5 e. Urea (CO(NH2)2) CO(NH2)2 → CO2+ + NH2– N + 2H = –1 N + 2 = –1 N = –3 Jadi, senyawa yang unsur nitrogennya mempunyai bilangan oksidsi –3 adalah amonium klorida dan urea. 2H2O → O2 + 4 H– + 4e– 10. Jawaban: d Pada elektrolisis larutan NaCl, di katode diperoleh NaOH dan
263 Kimia Dasar. 1) Hitam eriokrom. Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10. senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5. senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga. pada pH 12. Unsurnonlogam juga ada yang dalam. Unsur atau senyawa yang banyak terdapat dalam bahanbahan alam disebut mineral. Mineral diolah untuk diambil unsurnya, sehingga dapat digunakan dalam kehidupan seharihari. Sifat fisika meliputi wujud, warna, kekerasan, kelarutan,, konduktivitas listrik dan panas, massa jenis, sifat magnet, jari-jari atom
\n\n \n \n \n\nkelarutan sio2 dalam naoh dan hno3
Playthis game to review Other. Bila kelarutan Ag 3 PO 4 dalam air adalah a mol/liter. Hasil kali kelarutan Ag 3 PO 4 yang benar adalah . Preview this quiz on Quizizz. Hasil kali kelarutan Ag3PO4 yang benar adalah . KELARUTAN DAN KSP DRAFT. 11th grade. 19 times. Chemistry. 51% average accuracy. 6 days ago. sulasmunte_05716. 0. Save A p terhadap V, pada n dan T tetap B. T terhadap p, pada n dan V C. 1/V terhadap 1/p, pada n dan T tetap D. 1/n terhadap p, pada V dan T tetap E. V terhadap 1/n, pada p dan T tetap 8.Ge memiliki konfigurasi elektron [Ar] 3d104s24p2. Sewaktu membentuk Ge4+ elekron akan dikeluarkan menurut urutan: I II III IV A. 4p 4p 4s 4s B. 4p 4p 3d 3d C. 4s
Sodakalium, digunakan dalam persiapan sabun dan pelarut lainnya. Natrium Hidroksida (NaOH) Disebut soda kaustik atau soda kaustik, digunakan dalam industri kertas, kain dan deterjen dan pipa terbuka. Amonium nitrat (NH 4 NO 3). Pupuk pertanian yang kuat. Kobalt Silikat (CoSiO 3). Digunakan untuk membuat pigmen (seperti biru kobalt). Magnesium
Larutanjenuh ialah suatu keadaan dimana larutan telah mengandung suatu zat dengan konsentrasi yang maksimum. Nilai konsentrasi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu zat inilah yang dimaksud dengan kelarutan. Dengan kata lain kelarutan (s) adalah jumlah zat yang dapat larut sehingga larutan menjadi larutan tepat jenuh dalam satu liter pelarut.
HNO3H2SO4 E0 volt Kelarutan dalam asam HCl panas, HF (OH)2] ₪ Diperoleh dengan penambahan ion OH- (NH4OH : NaOH) Reaksi : Ni2+ + 2OH-Ni(OH)2 ₪ Larut dalam NH4OH >>> c. Klorida [NiCl2] ₪ Diperoleh dengan mereaksikan tionil klorida pada logam klorida hidrat Reaksi : NiCl2.6H2O + 6SOCl2 NiCl2 + 12 HCl + 6SO2 Δ,O2 SiO2 Mineral
KelarutanHCl (gas) dalam air tinggi, karena dalam air menghasilkan ion-ion H+ terhidrat dan ion Cl-. HCl(g) + H2O Æ H + (aq sedangkan basanya adalah NaOH, KOH, dan Ba(OH)2. HCl (aq) + NaOH (aq) Æ NaCl (aq) + H2O (ℓ) 2 HNO3 (aq) + Fe(OH)2 (s) Æ Fe(NO3)2 (aq) + 2 H2O (ℓ) Konsep Arrhenius terbatas pada larutan air karena didasarkan Larutanair panas yang mengandung 73,1% (massa) Sodium hidroxide / NaOH adalah eutektik yang membeku pada sekitar 62,63 ° C sebagai campuran intim kristal anhidrat dan monohidrat. dglVYA.